Ajhaib.com-- Ada politik di setiap langkah kita, harusnya
itu disadari. Supaya tak kagetan menyikapi politik di luar diri kita. Beberapa
aktor politik yang sedang diuji dengan popularitas yang "parsial",
dimanfaatkan untuk mengelabui opini demi beberapa tujuan.
Ilustrasi
Awalnya kita hanya
memahami bahwa sebagian besar gerak politik hanya untuk mengeruk uang, di situ
"uang" menjadi "alat" sekaligus "tujuan",
tentunya ditopang oleh mediasi yang lebih besar yaitu "kekuasaan".
"Politik
uang" dalam waktu sekejap berubah menjadi "politik ayat". Kalian
saudara-saudara non-muslim berusaha dilibatkan dalam hal ini.
Dan saya melihat
ketangguhan dalam diri kalian, saya bangga dengan kalian. Masih banyak yang
dapat melihat peristiwa secara menyeluruh. Tetap bertahan dalam kebaikan dan
Toleransi. Hati-hati, jangan terpengaruh. Saya lanjutkan.
Genosida mental paling
ampuh jika dibenturkan dengan konflik antar agama. Ada yang mengharapkan kita
perang. Sadari, ada yang menginginkan Indonesia hancur dan bertekuk lutut di
hadapan tirani modal dunia.
Saya teringat konsep
"Divide et Impera" atau "Politik pecah belah". Awalnya,
strategi politik ini merupakan kombinasi dari tujuan politik, militer, dan
ekonomi. Saat ini kita mengahadap ke arah yang sama dengan unsur-unsur yang
berbeda. "Agama" menjadi pilihan, karena ia adalah unsur paling
reaktif.
Politik pecah belah
terus eksis, kita semua; saya, anda, kaum muslimin, kaum nasrani, kaum atheist
dan seluruh masyarakat. Kita menghadap kepada dinding politik pecah belah antar
umat manusia.
Ketika politik ada di
setiap langkah kita, begitu juga agama, ada agama di rumah kita dan di rumah
tetangga kita. Harusnya sudah tak perlu gerah menyikapi agama di luar kita.
Kita terpaksa mencampur adukkan antara politik dengan agama karena ulah
beberapa orang bertopeng Tuhan yang mengganti fungsi libidonya dengan hasrat
kekuasaan.
Untuk Saudara seiman
dan seluruh sahabat-sahabat Nasrani, Hindu, Budha, dan semua umat manusia. Saya
ingatkan, ada beberapa prinsip mendasar dalam berkebangsaan; Prinsip keTuhanan,
Prinsip Kemanusiaan dan Prinsip KeIndonesiaan.
Saat ini kita sedang
berusaha ditarik mundur ke masa kegelapan, saat di mana agama harus menjadi
senjata untuk menumpaskan pemimpin yang sah secara konstitusional.
Tulisan ini jangan
dipahami sebagai bentuk pembelaan kepada seorang aktor politik atau bentuk
perlawanan kepada lawan politik pemerintahan yang sah. Ini merupakan ajakan
berpikir logis yang siapapun boleh terima boleh tidak. Dan ini bagian dari cara
berprinsip dalam berkebangsaan.
Sadari, kita sedang
diperalat untuk saling bermusuhan, untuk saling merampas hak yang seakan-akan
hak itu pernah kita miliki atau harus kita miliki. Padahal hak yang paling
jelas dalam hidup berkebangsaan adalah "Hak Berprinsip". Hak
berprinsip adalah hak mutlak setiap manusia. Bahkan Tuhanpun tak mau ikut
campur dalam hal ini, apalagi Negara.
Sahabat-sahabat non
muslim, pahami bahwa lawan dari "Muslim" adalah "Non
Muslim"(bukan kafir). Karena lawan dari "kafir" adalah
"mukmin". Dan saat ini umat Islam di Indonesia belum dianugerahi
banyak "mukmin" yang mampu merepresentasi nilai-nilai keIslaman
bangsa ini. Jangan merasa tersudutkan dengan stigma sesat yang menyesatkan
kalian.
Umat Islam di
Indonesia berada di ujung jurang kehancuran, karena nilai-nilai toleransi yang
seharusnya terang benderang, harus redup tergerus gergaji politik berjubah
agama. Kita harus selalu sadar bahwa tidak ada yang mampu membendung
"gerakan politik" kecuali sikap yang diawali oleh "Kesadaran
Politik".
Kesadaran politik
bukan hal yang sulit dicapai, hanya perlu sedikit kepedulian terhadap beberapa
prinsip berkebangsaan. Apabila anda sulit menerima orang lain karena dia tidak
seiman, maka pandang lah orang lain dengan prinsip keindonesiaan. Apabila itu
masih sulit, pandang lah orang lain dengan prinsip kemanusiaan. Di situ akan
tampak, mana yang masih "manusia" dan mana yang sudah pensiun dari
jabatan resminya sebagai manusia.
Apabila ini tidak
diperhitungkan, kita akan menerima hukuman semesta berupa kehancuran massal
antar umat beragama, yang pada akhirnya merusak seluruh nilai positif yang
pernah kita jaga, yang pernah susah payah diperjuangkan oleh leluhur bangsa
ini, yang nama mereka akan selalu terpatri dalam wajah sejarah bangsa. Atau,
kita akan menduduki posisi sebagai generasi yang mencoreng kening sejarah.
Dan secara sadar, sama
saja kita menyerahkan bangsa yang besar ini kepada tangan kotor yang telah lama
menanti rontoknya seluruh prinsip mulia bangsa ini.
BENCANA KITA SAAT INI:
Bukan soal Kebenaran
Bukan soal Agama
Bukan soal Ayat
Bukan soal Kitab suci
Bukan soal yang tampak
SALAM TOLERANSI!!!
Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera untuk
kita semua. (fb)
No comments:
Write komentar