AJHAIB.COM-- Tidak ada lagi yang perlu ditutup-tutupi, salah satu faktor terpilihnya
Sandiaga Uno sebagai calon wakil Gubernur DKI mendampingi Anies adalah karena
dia salah satu pengusaha muda yang kaya dan sedikit memiliki potensi untuk bisa
bersaing dengan Petahana walaupun Sandiaga datang tanpa pengalaman politik.
Ilustrasi
Itu mengapa nama Yusril Ihza Mahendra tersingkir dari daftar bakal calon
yang akan diusung oleh Gerindra. Padahal soal pengalaman politik jelas Yusril
jauh lebih unggul daripada Sandiaga. Apalagi Yusril tercatat pernah menjabat
sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dan Menteri Sekretaris Negara
Indonesia, ditambah lagi elektabilitas Yusril ketika itu mengalahkan Sandiaga.
Secara hitung-hitungan diatas, seharusnya partai Gerindra-PKS tidak perlu
pusing untuk menggandeng Yusril saat itu.
Tapi inilah politk, tidak hanya bercerita mengenai pengalaman dan
elektabilitas semata. Politik juga mencakup untung dan ruginya . Masih ingat
kasus Jokowi-Ahok yang diusung oleh PDIP-Gerindra tahun 2012, mereka dicalonkan
oleh PDIP-Gerindra dengan dana ditanggung langsung sepenuhnya oleh Prabowo.
Prabowo mengatakan kepada Ahok “Saya tak minta uang. Semua biaya akan kami
tanggung.”
Sikap Gerindra yang dulu tidak ditemukan sekarang saat Gerindtra mengusug
duet Anies-Sandi, diputaran pertama biaya kampanye 64,7 miliar, hampir
sepenuhnya ditutupi dari kantong pribadi Sandiaga. Sementara Anies hanya mampu
membantu sebesar 500 juta, dan partai hanya mampu menyumbang 1,1 miliar. Miris!
Jelas keengganan Gerindra untuk ikut menyumbang lebih banyak, karena Gerindra masih
meragukan duet Anies-Sandi untuk dapat mengalahkan Ahok-Djarot.
Anies-Sandi tidak seseksi Jokowi-Ahok dimata Prabowo, kegagalan
Anies-Sandi merebut hati Prabowo ditambah lagi belajar dari pengalaman pahit
yang mereka dapatkan saat ditinggal Ahok begitu saja, membuat Gerindra
memainkan skenario kotor. Ya konspirasi balas dendam dengan Sandiaga sebagai
korban.
Itulah sebabnya Gerindra menekan habis kantong Sandiaga untuk kampanye
Pilkada DKI. Dengan harapan, kalau Anies-Sandi menang, diharapkan mereka bisa
menjadi senjata Prabowo untuk balas dendam kepada Ahok. Kekalahan Ahok bagi
Gerindra sudah lebih dari cukup membalaskan sakit hati mereka ditinggal Ahok
begitu saja. Kemudian, Gerindra juga ingin memanfaatkan Sandiaga untuk menutupi
kerugian Prabowo yang duitnya banyak keluar saat mengusung Ahok tahun 2012. Dan
jika Anies-Sandi menang, tujuan-tujuan lainnya seperti pilpres 2019 akan
semakin mudah diwujudkan.
Sebaliknya, jika Anies-Sandi kalah, Gerindra tidak terlalu terkena
dampaknya. Disini intinya, Anies-Sandia ibarat barang penelitian, jika berhasil
syukur, jika tidak yang gak masalah. Tidak ada ruginya bagi mereka.
Tapi sayang, Pilkada putaran kedua belum bergulir, permainan kotor
Gerindra sudah mulai terendus oleh Sandiaga. Sandiaga langsung menjumpai
Prabowo dan blak-blakan mengatakan bahwa dia telah kehabisan dana, mereka
membutuhkan penggalangan dana untuk putaran kedua. Respon Prabowo terlihat
begitu dingin saat mengatakan akan mengadakan dinner untuk mencari dana bagi
Anies-Sandi.
Sandiaga mulai mendikte Prabowo dan Gerindra, seharusnya Gerindra yang
merupakan partai besar tidak sulit untuk memberikan dana mereka untuk mengusung
Sandiaga, Sandiaga mulai bertanya-tanya,
kenapa saat Gerindra mengusung Jokowi-Ahok, Prabowo mau menanggung seluruh dana
kampanye, kenapa hal serupa tidak terjadi kepada Anies-Sandi. Jawabanya sangat
mudah, Ahok esensinya adalah emas dengan segudang potensi yang dia miliki,
sedangkan Sandiaga hanya dijadikan korban untuk menyalurkan balas dendam
Prabowo.
Putaran keduapun semakin dekat, karena sudah terlanjur basah Sandiaga
memilih langsung nyebur saja. Dia kembali harus menguras keringat untuk
mengumpulkan dana sebesar 19 miliar untuk mengarungi putaran kedua, “Belum
terkumpul, bos,” kata Sandiaga.
Dengan harapan kalaupun nanti menang, Sandiaga sudah tahu apa yang harus
dia lakukan. Pun begitu, kalau dia kalah, Sandiaga harus terima kenyataan
bahwasannya dia hanya dijadikan korban dari kelicikan Gerindra dan PKS.
Walaupun Taufik bersikeras mengatakan, “enggak. Tugas Sandi bukan untuk
membayar kekecewaan Pak Prabowo, tapi untuk beresin Jakarta dan menyejahterakan
masyarakat Jakarta,” (sc)
No comments:
Write komentar