AJHAIB.COM-- Pada analisis sebelumnya
mengenai perjalanan debat, saya mengatakan bahwa akan terjadi penyerangan
pasangan calon nomor urut satu dan tiga, Agus Anies kepada pasangan calon nomor
urut dua, yaitu Ahok dan Djarot. Sesuai dengan prediksi, Agus dan Anies
memiliki pengalaman dan teori yang jauh di bawah Ahok Djarot. Pertanyaan demi
pertanyaan ditelan begitu saja oleh Pak Ahok dan Pak Djarot. Mereka betul-betul
di atas angin.
Pasangan
calon gubernur dan wakil gubernur pilkada dki jakarta 2017
Agus Sylvi
Sepanjang debat, Agus dan Sylvi hanya sibuk untuk menyerang
Ahok dan Djarot. Serangan-serangan yang menyudutkan Ahok dengan “gaya kasar”
yang dimiliki Ahok menjadi momen emas yang digunakan terus oleh Agus Sylvi.
Kejadian satu orang ibu-ibu yang katanya “dimaki” oleh Ahok-pun menjadi bahan
perdebatan yang panas itu. Emosi Ahok sempat terpancing di dalam debat, namun
kita melihat bagaimana kebesaran hati Ahok untuk duduk tenang dan memberikan
kesempatan kepada Pak Djarot untuk meluruskan hal yang dipertanyakan oleh Agus
Sylvi. Situasi mulai kondusif lagi. Disini saya melihat bahwa pasangan Agus
Sylvi sedang memosisikan diri mereka sebagai pasangan yang mau merebut
kekuasaan dengan cara yang tidak sehat, menjatuhkan lawan. Kata kunci dari Agus
adalah “MEYAKINKAN”.
Agus ini sebetulnya memiliki kebijakan yang menjerumuskan RW.
RW pada saat ini mungkin banyak yang senang menerima dana hibah 1M per tahun.
Namun ingat, yang akan salah justru para RW, bukan Agus. Ia akan dengan mudah melepaskan
dirinya dari sergapan penegak hukum, karena ia melepaskan seluruhnya kepada
warga yang tidak siap menerima dana tersebut.
Satu kebahayaan dari kalimat Agus adalah “Pemimpin itu harus
dengan hati meyakinkan rakyatnya untuk mengikuti kepemimpinan dengan rela.”
Kalimat ini sekilas terdengar sangat baik, namun mengandung unsur pemecah belah
persatuan. Bagaimana kita dapat rela mengikuti kepemimpinan? Jawabannya adalah
jika rakyat berhasil diyakinkan dengan gaya kepemimpinan. Artinya jika rakyat
berhasil ditipu, disitulah keberhasilan dari sang pemimpin. Tul ora Gus?
Anies Sandi
Luar biasa orang ini, jikalau orang ini menjadi menteri,
tentu hancurlah seluruh sistem pendidikan. Dengan tepat Pak Jokowi memecat
orang ini, dan menurunkan levelnya dari kementrian menjadi bawahan Pak Prabowo.
Serangan Agus terhadap Anies sangat telak, mempertanyakan inkonsistensi dan
kegagalan masa lalunya. Memang Agus mirip seperti Pepo, selalu melihat kepada
masa lalu dan sulit untuk move on dari masa lalu. Anies diserang dengan gaya
Pepo Bapernikus.
Sandiaga mencoba untuk menyelamatkan muka Anies yang sudah
tidak terselamatkan itu. Sandiaga mencoba meng-cover isu-isu yang dimiliki oleh
Pak Anies. Namun sepandai-pandainya Sandi meng-cover, tetap ada hal yang tidak
bisa di-cover oleh Sandi kepada Anies, yakni Sandi tidak dapat menutupi hasrat
Anies di dalam keinginan berkuasanya. Sangat jelas terlihat di pasangan calon
nomor tiga ini.
Kualitas jawaban dari Anies Sandi tentu kita semua tahu,
kualitas KW. Mengapa KW, karena apa yang direncanakan oleh Anies Sandi tentu
tidak lebih hebat dari apa yang sudah dikerjakan. Rumah DP nol di Jakarta
sangat tidak mungkin dilakukan. Mengingat interest rate pembelian rumah di DKI
yang sebesar 17% dibandingkan dengan Singapura yang hanya 3% dan paling tinggi
4%. Mereka lagi-lagi melakukan misleading.
Ahok Djarot Tidak
Tumbang, Mereka Tumbang
Saya cukup senang ketika pasangan nomor dua ini diberikan
kesempatan terakhir untuk berbicara. Luar biasa apa yang dikatakan oleh Pak
Ahok. Ia mengeluarkan gambar tentang Kalijodo yang dulunya adalah tempat prostitusi
besar di Jakarta. Sekarang sudah berubah 180 derajat. Menjadi sebuah tempat
yang ramah anak dan ruang terbuka hijau. Seluruhnya merupakan hasil kerja dari
kebijakan Pemprov yang dipimpin oleh mereka. Mereka tidak menyerang personal
Agus dan Anies, Ahok Djarot tidak tertarik untuk melakukan itu.
Mungkin pasangan nomor dua ini sudah tahu, bahwa Agus dan
Anies akan jatuh sendirinya tanpa harus dijatuhkan. Tepat sekali. Mereka jatuh
ketika sedang asik menyerang Ahok. Sun Tzu di dalam filsafat tentang peperangan
pernah mengatakan bahwa:
“The supreme art of war is to subdue the enemy without
fighting.”
Memiliki arti demikian: Seni peperangan tertinggi adalah
menaklukkan musuh tanpa harus menyerang. Inilah yang digunakan oleh Ahok dan
Djarot di dalam debat kali ini. Dengan tidak membalas menyerang, Ahok dan
Djarot dengan mudah menumbangkan Agus dan Anies. Agus Anies-lah yang pada
akhinya memamerkan kebusukan mereka di depan mata warga DKI yang menyaksikan
jalannya debat. Seluruh rakyat akan melihat bahwa kepemimpinan macam apa yang
akan warga DKI pilih.
Siapa yang disabilitas? Kita ini yang mungkin nanti akan
menjadi orang yang disabilitas! – Terjemahan bebas dari perkataan Ahok
Jangan memanjakan warga Jakarta yang sedang dididik ini untuk
menjadi warga yang tergiur oleh politik uang dan politik kekuasaan. Saya yakin
apa yang akan mereka kerjakan sebelumnya, justru menjadi sebuah ajang
pembuktian apa yang sudah mereka kerjakan di sebelumnya. Bukan lagi janji yang
tidak masuk akal dan pernyataan yang tidak rasional dan tidak logis. Akhir
kata, silakan tutup hidung, karena debat kali ini berbau busuk. Bau busuk yang
keluar dari pasangan Agus dan Anies menjadi sangat menyengat, dan akan terus
tercium selama lima tahun jika Ahok Djarot tidak menang satu putaan. Salam dua
jari! (sw)
No comments:
Write komentar