AJHAIB.COM-- Pilkada Serentak yang
diselenggarakan pada 15 Februari 2017 kemarin memang sudah berlalu. Namun ada
catatan menarik dari sisa-sisa euforia pesta demokrasi kemarin khususnya
Pilkada DKI Jakarta.
Ilustrasi
Catatan menarik itu adalah dimana pasangan calon nomor 2,
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat kalah telak alias tak
ada yang memilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Rumah Tahanan (Rutan)
Komisi Pemberantasan Korupsi. Walaupun cuma sedikit jumlah suara di Rutan KPK
tetapi beberapa dari mereka memilih dengan embel-embel ‘Asal Bukan Dua’ dalam
komentarnya. Komentar para koruptor ini sangatmenarik untuk kita simak lebih
lanjut, karena tujuh (7) koruptor tersebut merupakan pendukung pasangan calon nomor
1 (Agus-Sylvi) dan nomor 3 (Anies-Sandi).
Para koruptor yang memberikan hak suaranya adalah Andi Zulkarnain (Choel) Mallarangeng,
Mohammad Sanusi, dan Basuki Hariman yang namanya mencuat dari kasus suap
Hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar. Kalau Choel memilih nomor 1, Sanusi pastinya
memilih nomor 3 karena memang afiliasi politik mereka kesana. Yang lucunya,
keduanya ngotot bahwa yang terpenting bukan nomor 2 yang akan mereka pilih.
“Asal bukan dua,” kata
Sanusi, di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (15/2) yang dilansir aktual.com.
“Asal bukan dua,” kata
Choel sambil mengacungkan telunjuknya.
Walaupun cuma berbeda sedikit bila dihitung dari jumlah suara
tetapi pilihan mereka cukup mengambarkan terkati preferensi politik dan afiliasi
politiknya. Penggunaan kata Ahok kalah telak karena memang suara dari TPS ini hanya
ada tujuh (7) saja akan menjadi 20% jaraknya jika direpresentasikan dalam %.
Masyarakat mengetahui bahwa Choel Mallarangeng dibekuk KPK
karena kasus Hambalang dan M. Sanusi jadi tahanan KPK karena kasus suap Perda
reklamasi. Walaupun kasus Hambalang tidak berhubungan langsung dengan publik
Jakarta, mungkin mereka lupa bahwa kasus suap terkait reklamasi teluk Jakarta
yang menjerat anggota dewan dari Partai Gerindra, partai yang mengusung calon
nomor urut 3. Penyuap Patrialis Akbar Basuki Hariman pun dipastikan tidak
memilih Ahok/Djarot.
Dari catatan menarik Ini, terungkap suatu fakta bahwa
koruptor itu SANGAT BENCI AHOK yang telah
terbukti bersih dan ANTI-KORUPSI.
Para koruptor ini merupakan contoh nyata orang-orang yang tak mau berubah dan
tak ingin orang ANTI-KORUPSI seperti
Ahok eksis menjadi pemimpin di negeri ini. Ahok dijadikan MUSUH BERSAMA oleh para koruptor dan menghalalkan segala cara untuk
menumbangkan Ahok.
Terbukti pula orang yang tak ingin berubah seperti para
koruptor tersebut pada akhirnya akan terkena karmanya sendiri dan menjadi
sampah masyarakat. Jadi kesimpulannya,
sudah tak terbantahkan lagi bahwa Ahok adalah sosok pemimpin yang BERSIH dan
ANTI-KORUPSI.
Lalu bagaimana dengan anda, apakah membiarkan AHOK sendirian
berjuang untuk membasmi korupsi dan koruptor di negeri ini? Pakailah logika dan
akal sehat anda, jika memang anda masih mencintai Negara dan Bangsa Indonesia.
No comments:
Write komentar