Thursday, 4 August 2016

Sekjen MUI Ancam Bacok-Bacokan dan "Pimpin Perang" Bila Pengeras Suara Masjid Dilarang

AJHAIB-- Kerusuhan di Tanjung Balai yang terjadi pada Jumat (29/7) malam sampai Sabtu (30/7) sudah berlalu. Beruntung, tak ada korban jiwa dari kerusuhan di Tanjung Balai. Bahkan beberapa waktu lalu, semua masyarakat setempat bergotong royong kembali memperbaiki Vihara dan Klenteng yang dirusak massa.
Sekjen MUI, Tengku Zulkarnaen

Pemerintah juga berencana akan membantu untuk membangun kembali vihara dan klenteng yang rusak. Tentunya hal ini merupakan kabar baik bagi kita semua, agar keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) tetap harmonis dan damai secara terus menerus.

Namun, pasca kerusuhan tersebut masih saja menjadi perbincangan dikalangan publik. Bukannya menebar rasa toleransi antar sesama malah justru membuat suasana makin gaduh dan intoleransi.

Berdasarkan informasi Ajhaib.com himpun, media online Kiblat.net memposting berita tentang pendapat dari Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnaen. Media ini bertanya kepada Kyai tersebut terkait pasca kerusuhan di Tanjung Balai, pengeras suara (Toa) masjid menjadi sorotan dan akan  berencana diatur pemerintah.
Kutipan postingan berita kiblat.net mewawancarai Sekjen MUI
Tengku Zulkarnaen menjawab bahwa jika pengeras suara masjid diatur maka rakyat akan tambah jengkel, gereja saja tidak diatur bunyi loncengnya, mengapa kita tak ribut juga. Kyai ini juga menentang keras dan akan melawan bila pengeras suara masjid diatur-atur. Menurutnya, ia setuju bila ngaji pakai kaset dilarang. Kyai ini melawan, mengajak bacok-bacokan saja dan akan pimpin perangnya bila adzan menggunakan pengeras suara masjid dilarang.

Padahal sebelumnya, Kementerian Agama dan Dirjen Bimas Islam pada tahun 1978 sudah menerbitkan Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978 tentang Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Mushalla. Surat itu ditandatangani oleh Dirjen Bimas Islam saat itu, Kafrawi.

Semoga saja kerusuhan di Tanjung Balai merupakan konflik untuk yang terakhir kalinya. Mari kita saling menghargai satu sama lain, terus kobarkan semangat toleransi dan apabila ada permasalahan selesaikanlah dengan cara kekeluargaan dan musyawarah. Jangan mudah terprovokasi dengan isu tak jelas, mari kita cerdas memfilter segala berita agar bangsa kita tetap harmonis dan damai.

No comments:
Write komentar
loading...