AJHAIB-- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok tiada henti-hentinya menjadi sasaran isu SARA. Sejak
menjabat menjadi gubernur, Ahok memang kerap makanan empuk bagi haters dalam
menjatuhkan citranya di mata publik.
Postingan pengumuman HTI di laman facebook
Menjelang Pilkada DKI
pada tahun 2017, serangan ke Ahok makin gencar dilakukan guna membuat citra
Ahok makin jatuh. Serangan yang sangat sering dilancarkan ke Ahok yakni label “pemimpin
kafir”. Kita bahkan sering mendengar cap pemimpin kafir di sosial media yang
ditujukan kepada Ahok.
Selaras dengan itu,
Ahok yang dicap pemimpin kafir kini bahkan menjadi tema diskusi yang
diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Di laman facebooknya, memberikan postingan pengumuman akan mengadakan Halqah
Islam dan Peradaban (HIP) ke 65 dengan tema : Tolak Ahok, Tolak Pemimpin
Kafir?.
Dalam acara tersebut diundang lima (5) pembicara yaitu:
1. Mayjen TNI (purn) Prijanto (Wakil Gubernur DKI Jakarta 2007-2012)
2. H. Abraham Lunggana (Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta)
3. KH. Cholil Ridwan (Majelis Ulama Indonesia Pusat)
4. Ust. Bachtiar Nasir (Sekjen MIUMI)
5. Ust. Rokhmat S Labib (Ketua DPP HTI)
Acara tersebut akan
dilaksanakan pada Rabu, 10 Agustus 2016, pukul 13.00-16.30 WIB di Aula DHN
Gedung Joang 45 lt. 3, Jalan Menteng Raya 31, Cikini, Jakarta Pusat. Postingan pengumuman tersebut telah dibagikan
ribuan kali dan menuai ragam komentar dari netizen, ada yang pro dan kontra.
Akun fb Doel Ajha berkicau “Saya orang muslim
dan saya tidak menjelek jelekkan pemimpin dari golongan muslim,tapi kebanyakan
yg selama ini gubernur dari golongan muslim kebanyakan susah menjadi pemimpin
yg jujur,dan sangat sulit menjadi pemimpin yg benar benar amanah,dan benar
benar iklas memimpin dan seperti biasa pasti ujung ujungnya pasti berurasan
dengan KPK”. Akun Markus Yulianto Wuran “Semakin banyak yang serang ahok maka semakin tinggi popularitasnya.
Hehe..” Akun Andi Hasdi Alam “Semoha HTI juga bisa turut andil dalam
kebangkitan bangsa ini dengan ikut memilih pemimpin yang islam.”
Bila isu SARA sering
digunakan dalam proses demokrasi, maka bangsa kita tak akan pernah maju. Bahkan,
rentan akan memicu konflik. Bangsa Indonesia merdeka karena perjuangan pahlawan
dari berbagai latar belakang SARA, maka tak sepantasnya kita memilih pemimpin
berdasarkan SARA.
No comments:
Write komentar