AJHAIB--
Julukan “Jilboobs” menjadi pukulan gaya
penampilan perempuan muslim. Jilbab sejatinya untuk menutupi aurat perempuan
namun malah menjadi blunder bagi perempuan
muslim. Gaya penampilan mereka pakai terlalu ketat dan menonjolkan payudaranya
sehingga dilabeli masyarakat “Jilboobs”. Dibalik itu semua, ada Sepuluh (10)
fakta tentang Jilboobs berikut ulasannya.
Kritik
dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Ketua KPAI, Asrorun Niam angkat bicara tentang
Jilboobs. Menurutnya, pelaku industri terkait agar menutup pintu tindak
kejahatan dengan adanya gaya jilbab ala jilboobs. “Jangan berkontribusi untuk
meningkatkan kriminalitas dengan desain pakaian yang dipakai tetapi tetap
mengeksploitasi lekuk tubuh. Memakai pakaian tetapi seperti telanjang,”
ujarnya.
Dulu
Bernama Jilbab Lepet
Penggunaan jilbab yang seksi dahulu dikenal
masyaraka yaitu Jilbab Lepet. Kalau Jilboobs lebih mengumbar baju ketat dan
menonjolkan payudara, namun jilbab lepet lebih memamerkan celananya.
Kebanyakan Jilbab Lepet ini memakai celana jeans ketat. Wajar saja masyarakat kita
menyebutnya dengan Jilbab lepet karena para perempuan berjilbab bergaya pakaian
seperti itu sehingga mengundang pro kontra.
Desainer
Baju Pun Berkomentar
Para desainer baju pun ikut angkat bicara
terkait fenomena jilboobs. Para desainer sangat menyesali gaya berpakaian
jilboobs yang berusaha tampil keren namun menodai prinsip dasar Islam. “Fenomena
jilboobs itu benar-benar menyalahi aturan dan sebaiknya jangan ditiru,” tegas Yuanita
Andiani yang berdiri selaku desainer merk Hijmi.
“Jilbab bukan mengenai tren yang hanya
ikut-ikutan tetapi memang kewajiban menutup aurat sesuai ajaran agama,” imbuhnya.
Populer
Seperti “Artis” Pasca Ramadhan
Meskipun belum ada sejarah pastinya, fenomena
jilboobs mulai populer pasca bulan Ramadan tahun 2014. Maraknya komentar
terkait jilboobs mulai terjadi di media sosial maupun media online pada awal-awal
Agustus 2014.
Kerap
Dipakai Para Newbie
Fenomena Jilboobs menjadi ajang bagi perempuan muslimah
yang masih belajar menggunakan jilbab. Ngotot untuk dapat tampil modis, para newbie ini belum bisa berjilbab dengan baju-baju
longgar.
Kian
Marak Modifikasi Baju Muslimah
Modifikasi busana muslim ini mengakibatkan juga
nilai positifnya yakni semakin dekatnya wanita muslim dengan jilbab. Semula tak
mau memakai jilbab, akhirnya berniat mengenakan kilbab. Namun, karena perkembangan
busana muslimah muncul dampak negatifnya yaitu fenomena jilboobs yang menuai
kontroversi.
Artis
dan Selebritis Pun Ikut Terpengaruh Jilboobs
Fenomena Jilboobs ini makin populer dengan
ikutnya para artis mengenakan gaya Jilboobs untuk menutupi auratnya. Beberapa
artis tanah air pun terlihat mengenakan jilbab dengan menonjolkan bagian
dadanya agar tampil modis.
Ustads
Pun Berkomentar
Sebuah ceramah di kantor Inilah.com, Selasa (12/8), Aa Gym berkomentar terkait fenomena
Jilboobs saat ini. “Kerudung bukan hanya sekedar untuk menutup kepala, tapi
kalau bawahannya masih ketat ini sama saja. Ini bukan cara berpakaian seperti
yang diajarkan Islam, yang dikehendaki Allah,” tutur Aa Gym.
Jilboobs
Haram Sesuai Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kontroversi gaya berjilbab seperti Jilboobs
turut mengundang perhatian MUI. MUI mengeluarkan fatwa bahwa berjilbab tapi mengenakan
pakaian tidak sopan sangat dilarang oleh Islam. “Sudah ada fatwa MUI soal
pornografi. Termasuk itu tidak boleh memperlihatkan bentuk-bentuk tubuh, pakai
jilbab tapi berpakaian ketat. MUI secara tegas melarang itu,” tegas Wakil Ketua
MUI KH Ma’ruf Amin.
“Kalau begitu kan sebagian menutup aurat,
sebagian masih memperlihatkan bentuk-bentuk yang sensual, itu yang dilarang,” imbuhnya
dengan sangat tegas.
Para
Jilboobs Selfie Sendiri
Para perempuan muslim yang mengenakan pakaian
jilboobs suka upload fotonya di sosial
media. Para jilboobs ini ingin memamerkan busana muslimah mereka kepada publik.
Artis dan selebritis tanah air pun sering mengunggah fotonya saat mencoba-coba
untuk berjilbab.
Demikianlah, sepuluh (10) fakta dibalik
fenomena jilboobs yang menuai pro-kontra dikalangan masyarakat. Baik-buruknya
anda-lah yang bisa menilainya.
No comments:
Write komentar